Laporan KUNNI MASROHANTI, Kampar
SANGAT banyak air terjun tinggi di Sumatera. Di antaranya, Air Terjun Sigura-gura di Sumatera Utara 250 meter, Air Terjun Sipiso-piso 120 meter, Air Terjun Ngarai Harau 35 meter dan masih banyak lainnya. Tak kalah pula Air Terjun Hulu Air Batang Kapas atau yang sering disebut Air Terjun Pangkalan Kapas ini. Memang belum ada yang mengukur secara pasti berapa ketinggiannya, tapi berbagai versi menyebut ketinggiannya di atas 150 meter, bahkan lebih dari 200 meter.
Disebut Air Terjun Hulu Air Batang Kapas karena air terjun ini merupakan bagian hulu Sungai Batang Kapas yang terletak di Desa Lubuk Bigau. Desa ini sendiri merupakan pecahan dari Desa Pangkalan Kapas bersama desa lainnya seperti Desa Tanjung Permai, Kampung Dalam dan Kebun Tinggi. Sebelum dimekarkan, hanya ada satu desa, yakni Desa Pangkalan Kapas. Karena itu jugalah air terjun ini dikenal juga dengan Air Terjun Pangkalan Kapas.
Desa Lubuk Bigau berada di daerah perbatasan antara Riau dan Sumatera Barat. Untuk sampai ke sana, pengunjung harus menempuh waktu lama dan jalur yang sulit. Bisa melalui Desa Lipat Kain, Provinsi Riau, Desa Taram Kecamatan Harau, Sumbar dan bisa juga melewati Desa Menggilang atau tidak jauh dari lokasi Bandrek House di jalan lintas, Sumbar.
Jalan dari Lipat Kain jauh lebih sulit. Begitu juga dari Desa Menggilang. Tak heran untuk menuju desa ini, masyarakat atau pengunjung lebih banyak melalui Desa Taram, meski jalan itu licin, terjal, jurang di sisi kanan atau kirinya dan kerap longsir atau putus oleh banjir. Begitu juga Riau Pos yang ke sana akhir pekan lalu dengan berjalan kaki karena jalan putus.
Jika dari Pekanbaru menuju Desa Taram diperlukan waktu sekitar 4 jam, maka, dari Desa Taram ke Lubuk Bigau diperlukan waktu sekitar 3 jam dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat dan sekitar 6 jam dengan berjalan kaki, itupun dimulai dari Desa Buluh Kasok atau setengah jam dari Desa Taram. Dari pusat Desa Lubuk Bigau menuju air terjun diperlukan waktu sekitar 3 jam; satu jam dengan menggunakan sepedamotor melalui jalan aspal kecil produk PNPM Mandiri, dan dua jam dengan berjalan kaki.
Perjalanan panjang yang cukup melelahkan dengan naik turun bukit, melintasi banyak batang sungai dan hutan saat menuju lokasi air terjun, benar-benar terbayar saat melihat Air Terjun Hulu Air Batang Kapas. Hujan deras seharian yang mengguyur Desa Lubuk Bigau dan desa sekitarnya, Rabu (14/01), membuat debit air terjun, Kamis (15/01) siang itu, semakin besar dan deras. Gemurhnya pun semakin keras saat air terjun menyiram pecahan bebatuan di bawahnya. Berbeda saat musim panas, pengunjung hanya akan merasakan air terjun itu seperti titik-titik embun saja saat berada di bawahnya.
Air Terjun dengan ketinggian ratusan meter ini merupakan air terjun paling atas. Di bawahnya, atau sebelum sampai ke lokasi ini, ada dua air terjun lagi. Air terjun pertama, debit airnya kecil. Tapi, pengunjung bisa berlindung di bawah batu tempat air terjun itu mengalir. Sedangkan di tingkat kedua, pengunjung bisa mandi dan berenang karena memiliki lubuk yang cukup luas dan dalam.
Da An, Eko dan Anto yang menjadi penunjuk arah saat Riau Pos datang bersama beberapa pemuda dari Desa Taram dan juga pengunjung dari berbagai komunitas di Pekanbaru saat itu, tak henti-hentinya menjelaskan tentang air terjun tersebut. Hampir tidak ada satu sisi pun yang tidak dijelaskan mulai dari lokasi parkir sepeda motor. Saat itu, jarum jam di tangan menunjukkan pukul 9.20 WIB. Begitu sampai di lokasi, air terjun tertinggi yakni pukul 11.20 WIB, ketiganya langsung mengajak naik di pinggang bukit. Jauh di atas bukit itulah air tersebut mulai terjun bebas.
Ada lorong di antara bebatuan di pinggang bukit ini. Seluruh dindingnya adalah bebatuan yang amat luas dan tinggi. Berwarna putih kecokelatan. Sementara, air jernih terjun bebas dengan derasnya di hadapan. Hempasannya di pecahan batu-batu di bawahnya, menimbulkan gemuruh yang tiada henti. Irama alam sejati.
Makan siang bersama dengan pemandangan hamparan bukit barisan hijau nan berlapis di pinggang batu dinding raksasa setengah payung itu, terasa semakin nikmat dan lezat. Seteguk kopi panas dari tungku kayu kembali menghangatkan badan yang dingin setelah puas mandi dan bermain air terjun sebelumnya, hingga saat untuk kembali ke desa menjelang petang itu pun tiba.
No comments:
Post a Comment