Sumatera Barat, adalah salah satu bagian dari Indonesia yang memiliki keindahan alam luar biasa itu. Meski tak sepopuler Bali ataupun Lombok, namun bicara potensi, Sumatera barat tiada duanya. Jika berada di Sumatera Barat kita seolah-olah dikepung keindahan.
Padang sebagai ibukota propinsi Sumatera Barat adalah salah satu lokasi yang juga memiliki keindahan itu. Selama ini yang paling dikenal di kota Padang adalah Pantai Padang, Pantai Air Manis atau jembatan Siti Nurbaya, Pantai Carolina dan Pantai Pasir Jambak .
Gugusan bukit barisan yang mengelilingi kota Padang juga menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang baru menginjakkan kakinya di ranah minang ini.
Selain keindahan pantai yang bisa dijadikan objek wisata, Padang juga memiliki wisata air lainnya seperti Lubuk Minturun dan Lubuk Paraku.
Kedua lubuk ini sangat ramai dikunjungi saat balimau, tradisi mandi sebelum bulan Ramadhan. Namun di luar itu, ternyata kota Padang juga memiliki potensi wisata yang selama ini belum diketahui banyak orang.
Padahal lokasinya tak jauh dari pusat kota Padang, hanya 45 menit perjalanan. Bahkan akan lebih dekat lagi jaraknya dari Bandara Internasional Minangkabau dengan waktu 20 menit perjalanan.
Objek wisata ini dikenal oleh masyarakat sekitarnya sebagai Air Terjun 100 Tingkek. Terletak di Nagari Sungai Duo Lubuk Minturun, kecamatan Koto Tangah kota Padang.
Berawal dari informasi teman-teman komunitas Minangkabau photographers yang pernah mengunjungi tempat ini, saya memutuskan ikut dalam rombongan yang akan menuju kesana untuk mengeksplore lebih jauh tempat ini dari sisi fotografi.
Minggu pagi beberapa waktu lalu, kami melakukan perjalanan menuju Air Terjun 100 Tingkek. Kami, semua anggota komunitas yang hendak menuju Air Terjun membuat perjanjian bertemu di jembatan Lubuk Minturun jam 7.30. Sudah terlalu siang sebenarnya untuk mengambil foto yang indah, namun hal ini tidak menyurutkan niat kami menuju lokasi.
Arak-arakan motor dan mobil yang kami bawa menuju lokasi menjadi perhatian masyarakat sekitar, karena tidak biasanya banyak orang berkendara ramai-ramai menuju tempat ini.
Jalan yang ditempuh menuju lokasi juga sudah bagus sehingga mobil dan motor bisa dibawa sampai ke lokasi air terjun. Jalan yang kami tempuh pun bukan jalan yang biasa, naik-turun berbelok-belok, , dengan pemandangan bukit barisan yang hijau membuat kami terbius akan keindahan alam dan kesegaran udaranya.
Kami tidak perlu terburu-buru karena lalu lintas di kawasan ini tidak begitu ramai. Memang ada truk-truk besar yang mengangkut galian untuk Semen Padang melewati jalur ini, tapi tidak mengganggu perjalanan. Udara dingin dan segar membuat kami sangat menikmati perjalanan.
Setelah 20 menit kami mengendarai sepeda motor, kami sampai di sebuah warung yang menjadi tempat menitipkan sepeda motor sebelum kami masuk ke lokasi air terjun. Kami sempat menikmati bubur kacang hijau di warung itu sembari menunggu rekan kami yang mengendarai mobil.
Mereka membawa benih ikan yang rencananya akan kami tebarkan di sungai. Meski hampir jam 9, udara masih terasa dingin, kabut juga masih terlihat. Kami melajutkan perjalanan menuju lokasi.
Hanya butuh waktu 10 menit berjalan kaki, kami pun sampai ke lokasi air terjun pertama. “Subhanallah”. Air pegunungan yang sangat sejuk menyentuh kulitku. Beberapa teman tampak mulai memasang peralatan fotonya.
Saya menikmati indahnya air terjun dengan merendamkan kaki di air sambil duduk di atas batu kali yang lumayan besar. Tak lama, teman-teman kami yang membawa benih datang, kami pun melanjutka perjalanan menuju air terjun selanjutnya.
Jalan berbatu kami tempuh, menapaki batu-batu yang posisinya hampir vertical. Karena kondisi jalannya berbatu, takut jatuh, saya memutuskan bertelanjang kaki.
Seorang teman berjalan di depan sebagai pembuka jalan dengan menenteng kantong berisi bibit ikan yang rencannya mau ditebar di sungai yang membentuk genangan seperti kolam.
Setelah berjalan sekitar 15 menit sampailah kami pada daerah yang ada air terjun bertingkat-tingkat. Di sisi kiri ada batu sebesar rumah dan kami mendaki batu itu,untuk menuju air terjun selanjutnya yang kami sebut sebagai Tirai. Pemandangan disni luar biasa indahnya.
Tanpa sadar, terpukau kendahan, seorang teman berdiri di sebuah batu untuk mengambil foto. Menurut tema-teman yang sudah kesana sebelumnya, apa yang dilakukan teman itu sangat berbahaya.
Kami berteriak-teriak mengingatkannya. Tak jauh dari situ, kami melihat ada villa di sebelah kanan sungai. Di sungai pun ada kubangan yang bisa dipakai berendam.
Tanpa komando 3 orang teman langsung menceburkan diri ke dalam kolam. Sungguh-sungguh menggiurkan. Disini kami melepaskan separuh dari benih ikan yang kami bawa. Kami ditawari masuk oleh penjaga villa. Duduk di beranda villa, kami mengobrol sambil menikmati pemandangan kota Padang dari atas bukit. Subhanallah indahnya?..
Suara gemerecik sungai dan hawa sejuk pegunungan membuat kami enggan melangkah, padahal perjalanan kami masih belum usai. Separuh benih ikan yang kami bawa harus ditebarkan.
Kami meninggalkan villa. Lima belas menit perjalanan, kami sudah mendengar suara gemuruh air terjun. Inilah Air Terjun Tirai. Kami menyebutnya demikian lantaran di depan air terjun ini tertutup oleh daun-daun harendong raja atau sering disebut jambu hutan. Suara deru air terjun menambah semangat kami. Tema-temanpun beraksi, jepret sana, jepret sini.
Aroma sejuk air membuat semua teman-teman ingin mandi di sana. Semuanya langsung nyebur, brrrrrr dingin dan sejuk. Tak lama kami bermain air 2 orang teman mencoba mengeksplore lebih jauh dengan naik ke atas air terjun. Saya bersama dua teman hanya menunggu di bawah air terjun sambil menikmati sejuknya air pegunungan. Sekitar 1 jam kami berada di sana, memotret sambil bergaya dan mandi-mandi.
Tak terasa mendung dan kabut mulai turun. Kamipun memutuskan untuk segera kembali. Kami melepaskan benih ikan dulu, sebelum pulang. Kami pulang dengan jalur yang berbeda.
Tidak melalui sungai lagi tapi lewat jalan setapak kecil di depan villa. Sungguh menyenangkan. Sejenak, kami istirahat di warungtempat kami menitipkan kendaraan sambil menyerbu makanan dan minuman disana. Kami kembali turun ke arah dimana perjanjian kami bertemu sebelum berangkat, yaitu jembatan Lubuk Minturun.
Salah seorang teman yang telah duluan pulang, ternyata sudah menunggu kami di sebuah warung nasi pinggir sungai. Wisata kuliner. Luar biasa. Setelah perjalanan yang melelahkan, disabut makanan yang menggiurkan, ow, betapa nikmatnya. Ditemani bunyi gemericik air sungai kami menyantap makanan dengan lahapnya.
Masakan yang disuguhkan ditempat ini sederhana namun sangat istimewa, ada gulai jariang, ikan bilih lado, telur dadar yang digoreng lebar dan kering, gulai lokan, ayam bakar, sayur toge bahkan ayam pop juga ada. Luar biasa nikmatnya. Bukan promosi, tapi perlu saya sampaikan bahwa makan di warung ini, harganya sangat terjangkau.
No comments:
Post a Comment